Rabu, Maret 18, 2020

Virus Corona, Ajak Anak Memahaminya


Corona amat populer hari-hari ini. Berseliweran ia di lini masa, wira-wiri di layar TV, mampir di group-group WhatsApp, dll. Ya, kita tahu corona sudah tiba, menyebar cepat di Indonesia. Tidak dipungkiri, keberadaannya yang tak kasatmata itu membuat khawatir. Menyikapi hal tersebut, pemerintah mengimbau warganya untuk stay at home. Belajar, beribadah dan bekerja dari rumah. SK kegiatan belajar mengajar (bagi anak-anak, tidak gurunya) selama 14 hari dari rumah sudah dikeluarkan oleh beberapa sekolah.

Pemahaman Corona Bagi Anak Kelas Bawah, Kelas 1-3 SD


“Adek, 2 pekan ke depan fixed ya kita di rumah saja. Sekolah sudah mengumumkan untuk menghindari penyebaran virus corona, anak-anak tidak perlu ke sekolah dulu.” Sabtu siang itu kabar dari ibu guru di groups WhatsApp Wali Murid kusampaikan pada yang berkepentingan, tuan kecik yang super kreatif. 

“Corona, again?” responnya dengan muka lucu. “But, maybe I’ve to say thank you to Corona coz it’s freeedoom!” lonjaknya kemudian. #Duh, segitu terjajahnya kamu di sekolah, Nak? Kamu tuh baru kelas 3 SD. Aku membatin, prihatin. 

“Tapi, kamu tahu gak apa itu Corona? Coba terangkan ke Bunda!” Aku ingin tahu sejauh mana ia paham tentang virus yang meresahkan ini.



Ok, let’s me explain you, my Lady…” Haisssh gombalmu, Dek. Lanjoot!

“Corona is now officially called CoViD-19, Corona Virus Disease adalah virus jenis baru yang menyerang sistem pernapasan manusia. Dia (Corona) adalah virus zoonosis yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir tahun 2019. Lalu virusnya menyebar ke seluruh dunia dengan sangat cepat. Dan sekarang sudah sampai ke Indonesia.” Penjelasan Adek kecik panjang lebar bikin mata Bun berbinar. Bunda senang karena edukasi pengertian corona tersampaikan padanya.

Mmm, boleh tahu apa itu Zoonosis, Sir?” Bun mengacungkan tangan sembari menggoda Adek kecik.

“Zoonosis itu virus yang asalnya dari hewan. Virusnya menyebar antara hewan ke manusia, then sekarang dari manusia ke manusia. Gimana sih, gitu aja gak tahu, Bunda ini.” Balasnya pedas. #Laaah… 

sumber materi dari kompas.com

 

Mengapa Perlu Mengisolasi Diri Selama 14 Hari?


“Bun, 2 pekan itu 2 minggu, ya?” Adek kecik tidak yakin. 

“Iya betul. Itu artinya berapa hari, ayo?” Sekalian Bunda bisa ngajarin matematika. Anak itu mulutnya mulai komat-kamit bikin gemas. “Aku tahu, aku tahu,” soraknya kemudian. “Kalau seminggu itu 7 hari, berarti 2 minggu itu 2 kali 7, sama dengan 14 hari.” 

“Ya, pinter! Tapi, adek tahu nggak, kenapa kita harus tinggal di rumah selama 14 hari?” aku ingin anakku paham bahwa 14 hari ini bukan liburan. Bukan freedom bebas kemana saja.

Mmm karena corona…?” matanya ragu-ragu.

“Ya lebih tepatnya, karena 14 hari itu adalah perkiraan masa inkubasi virus corona.  Inkubasi artinya waktu si virus masuk ke tubuh, atau saat kita tertular sampai timbulnya penyakit. Jadi untuk mencegah masuknya virus ke tubuh, kita harus stay at home, belajar dari rumah. Ok!”

Kebijakan stay at home selama 14 hari  memang mengacu pada perkiraaan masa inkubasi virus corona. Namun, tidak ada jaminan setelah 14 hari kita bebas dari virus tersebut. Sejatinya, langkah ini adalah upaya kita bersama untuk meminimalisir penyebaran virus corona. Sungguh dituntut kesadaran setiap warga Indonesia untuk bahu membahu menjaga dirinya sendiri, di rumah masing-masing dengan harapan Covid-19 tidak menyebar semakin luas. 

 

Hal Dasar Yang Perlu Dipahami Anak Terkait Penyebaran Virus Corona


Seperti diketahui virus dapat meluas secara berantai bahkan tanpa kita disadari. Untuk mencegah penyebarannya kita hanya bisa mengandalkan diri sendiri. Kebiasaan hidup sehat sangat membantu imunitas tubuh sehingga tidak mudah terpapar virus. Penting, sedini mungkin anak-anak diberi pemahaman tentang hal-hal mendasar untuk melindungi diri, berikut, diantaranya:
  1. Cuci tangan pakai sabun dengan benar dan sesering mungkin. Selain mencuci tangan dengan air, anak bisa mencuci tangan menggunakan antiseptik.
  2. Tutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersin menggunakan lengan yang tertekuk. Bila menggunakan masker atau tisu segera buang ke tempat sampah yang tertutup. Setelah itu cuci tangan dengan benar supaya tidak mencemari orang lain atau barang yang disentuh.
  3. Bijak-bijaklah memakai masker, jangan sampai panic buying, ingat orang lain membutuhkannya juga. Lalu hancurkan masker bekas pakai supaya tidak disalahgunakan orang yang tak bertanggungjawab.
  4. Sebisa mungkin hindari tangan menyentuh mata, hidung dan mulut agar tidak memindahkan virus ke diri sendiri. Tangan tanpa disadari sering menyentuh banyak permukaan yang mungkin saja terkontaminasi virus.
  5. Buat jarak sekurang-kurangnya satu meter dengan orang lain, terutama bila batuk atau bersin. Hal ini penting karena tetesan kecil dari batuk atau bersin bisa saja mengandung virus, seperti Covid-19. Jika terlalu dekat, virus tersebut bisa terhirup.
  6. Apabila demam, batuk dan sulit bernapas segera ke dokter untuk memastikan kondisi kesehatan.
  7. Membiasakan diri hidup sehat, makan dan minum yang bergizi, olahraga dan tidur yang cukup.


14 Hari Self Karantina yang Menyenangkan untuk Anak


Apa saja yang harus disiapkan dalam masa karantina 2 pekan ini, terlepas dari kita terpapar atau tidak? Yang paling penting persediaan air, gas dan makanan pokok untuk 2 pekan tercukupi. Beras, minyak, telur, susu dan cemilan kegemaran anak. Sayur dan buah-buahan jatah seminggu tersedia di lemari es. 

Secukupnya, kata itu saya tekankan pada adek kecik. Sudah 3 hari kami kehabisan gula pasir dan sampai saat ini stok belum ada lagi di 5 minimarket dekat rumah. 5, saya datangi satu-satu. Jangan tanya masker dan sanitizer, raib dari peredaran.

Saya ingin anak saya mengerti bahwa kita hidup tidak sendirian, fokusnya bukan di aku. Ada orang lain yang juga membutuhkan. Bukankah kita harus saling menjaga sebagai sesama warga bangsa?


Kalau untuk keseharian, masa karantina ini tidak terasa untuk adek kecik. Dia fun-fun saja, malah rasanya lebih "hidup". Justru, saya yang keteteran. Bagaimana tidak, pelajaran sekolah tetap berjalan seperti biasa, bedanya school from home. Ibu guru telah mengirimkan materi online, bunda menjadi perantara. Anak-anak mengerjakan tugas dan lembar kerja yang harus diselesaikan sesuai jadwal per mata pelajaran. Di sini saya jadi tahu, ternyata beraat banget jadi guru. Baru satu saja, saya ampun-ampunan. Pertanyaan dari mulut kecilnya itu, entah kenapa banyak betul. Puyeeng.


Selebihnya adek kecik punya waktu lebih untuk mengeksplor imajinasi. Kebetulan sampai saat ini Ia belum berteman dengan gadget. Adek kecik lebih suka bermain lego, bermain tebak-tebakan dengan bunda, menggambar, menonton satu chanel kesukaannya, atau membaca dan membuat sesuatu dari barang recyle. O, ya kami juga mendapat kosakata baru dari istilah pencegahan corona ini.


Akhirnya, mari mendukung masa karantina 14 hari ini. Semoga setiap kita dapat memaknai waktu-waktu ini sebagai pengalaman berharga, kembali menjadi pribadi yang lebih sehat baik jasmani maupun rohani. Baik bundanya, baik anaknya. Amin.

4 komentar:

  1. Tak mudah namun bukan tak mungkin ya mbak tetap bersemangat bukan?

    BalasHapus
  2. Wah, adek udh pinter itu mengerti keadaan dan bisa kerjasama. Bikin istana pinsil, lucu banget...

    BalasHapus
  3. Yes! Setuju dengan closingnya mbak, memaknai waktu dengan kegiatan yang berharga sehingga ia tidak akan berlalu sia-sia tapi justru bisa bikin kita lebih kaya (pengalaman). Sehat sehat ya mbak... salam gemes untuk adik kicik :)

    BalasHapus
  4. Kerjasama, saya kok tandai itu banget ya? Mungkin karena memang harus ajarkan itu sejak dini. Selain bertanggung jawab, harapannya anak juga akan peduli dengan keadaan di sekitar. Jadi enggak egois gitu ya, Mbak..Semangaatt

    BalasHapus