Aroma kopi menguar hingga ke kamar. Rona wajahku merekah. Dia pasti sedang menyeduh kopi untuk kami berdua. Aku tersenyum seperti pagi-pagi sebelumnya. Kopi, dia dan aku adalah sahabat jiwa.
Lalu kutersadar, aroma itu hanya rindu. Dia tak lagi membuatkan kopi untukku.
Long Distance Marriage
Sudah seratus tiga puluh tujuh hari, kami berpisah. Dia kembali ke ibu kota meninggalkanku dan si buah hati di negeri dengan ribuan nyiur melambai.
Ah, mungkin Tuhan & Head Office telah berkonspirasi supaya semua ini terjadi. Agar pernikahan kami senantiasa berwarna dan penuh gairah. So, welcome to the Long Distance Marriage.