Bangsa
Indonesia memperingati 10 November sebagai hari Pahlawan. Pada tanggal
tersebut, 74 tahun silam, warga Surabaya dengan gagah berani menghalau serangan
Belanda dan sekutunya yang hendak merebut kembali nusantara. Pertempuran
ini merupakan peperangan terbesar pertama setelah proklamasi kemerdekaan,
ribuan nyawa menjadi korban. Kegigihan Arek Suroboyo ternyata
menyulut semangat perjuangan di berbagai penjuru tanah air untuk mempertahankan
kedaulatan Indonesia.
Gelar pahlawan
kemudian disematkan pada mereka yang terlibat dalam upaya mencapai kemerdekaan.
Sebut saja tokoh Katolik nasional yang bergelar pahlawan, antara lain: Ignatius
Slamet Rijadi, Agustinus Adisutjipto, Yosafat Soedarso, Mgr. Alb.
Soegijapranata, dan lain-lain. Namun, seiring perkembangan zaman, gelar
pahlawan tak lagi merujuk pada mereka yang bertempur di medan perang. Dalam
KBBI, kata Pahlawan berarti: orang yang menonjol karena keberanian dan
pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani; hero. Dari
pengertian tersebut, sejatinya pahlawan akan hidup dan tumbuh di setiap masa.
Pahlawan adalah mereka yang menjadi berkat bagi sesama.
Terpanggilkah
kita, umat katolik zaman ini menjadi pahlawan?
Semboyan Mgr.
Soegijapranata tentang 100% Katolik 100% Indonesia masih sangat relevan di era
milenial kini. Tantangan milenial bukan lagi perkara merebut kemerdekaan,
tetapi tentang menjaga keutuhan NKRI. Untuk menghadapinya, sebagai Warga Negara
Indonesia yang beriman Katolik, kita diharapkan dapat mengusahakan dan
melibatkan diri dalam laku kepahlawanan. Baik pribadi maupun bersama-sama
dengan berbagai pihak untuk turut mewujudkan Indonesia damai, berhikmat, dan
bermartabat.
Praktik
kepahlawanan di atas tidak perlu dipandang terlalu muluk. Sesuai arahan
Keuskupan Agung Jakarta sepanjang Tahun Berhikmat 2019, kita diajak untuk terus
mengamalkan gerakan konkret dan praktis sehari-hari sehingga
menjadi sebuah habitus baru. Say no to hoax yang dapat memecah
belah NKRI, misalnya. Atau dengan menghidupkan sikap pahlawan dalam diri setiap
kita: berbuat jujur, bertanggung jawab, berani dan rela berkorban. Sebuah
tindakan kecil yang dikerjakan dengan kegigihan pantang mundur layaknya para
pahlawan, kiranya dapat menjadi persembahan iman Katolik kita, dimanapun kita
berada.
"Semoga
Tuhan menguatkan hatimu dalam segala karya dan tutur kata yang baik."
2
Tes 2:16-3:5
Srijembarrahayu untuk Warta Stema #315
Tidak ada komentar:
Posting Komentar