Setelah
sesiangan mendung gerimis, Hasirah Permai baru disapa sang terang di sore hari. Suasana
sejuk segar menggugah semangat anak-anak untuk bermain di depan rumah. Ocik, Io,
Odza, Odey, Lila dan Kenju berlari-lari seperti kupu-kupu sore yang lincah. Permainan
sore ini adalah permainan kejar-kejaran yang dipandu oleh Mami. Mami,
begitu anak-anak memanggilnya adalah seorang ibu yang memiliki perhatian besar terhadap anak.
Baiklah, Begini
permainannya: Adalah 9
lingkaran besar dan kecil dibuat di jalanan depan rumah dalam jarak yang tak
beraturan.
Mami, sang
komandan duduk di kursi putih persis di pinggir jalan. Ia akan
memberikan komando yang lantang, 9 teriaknya. Sontak, krucil – krucil akan
berlarian ke angka 9.
Ketika
mami berteriak “2”, maka anak-anak manis itu akan berhamburan cepat-cepat ke
lingkaran nomor 2.
Mereka
harus pintar-pintar menghindari anak yang “jadi”.
Oh ya,
sebelumnya 4 anak-anak itu telah berhompipa ria untuk menentukan satu orang
yang berjaga, atau disebut anak yang “jadi” (Lila dan Kenju tidak termasuk
karena masih anak bawang di bawah umur 5 tahun). Tugasnya sang penjaga ini
adalah menowel temannya yang berlari ke arah yang dikomandokan agar dia bisa
bebas tugas dan menjadi pemain.
Menjadi
orang yang ditowel, menjadi orang yang “jadi”, menjadi orang yang berjaga,
sepertinya bukanlah pilihan yang diinginkan anak-anak itu.
Biarpun permainannya mengharuskan ada satu penjaga, namun tak ada satupun dari mereka yang sudi menawarkan diri. Mereka semua, anak-anak itu ingin menjadi pemenang, menjadi orang yang dikejar.
Bahkan,
ada satu anak yang tak berhasil menowel temannya hingga putaran ketiga
menjadi frustasi dan menitikan air mata.
Melihat
permainan anak-anak ini, terbersit "sesungguhnya sedari kecil
kita, jiwa kita yang murni telah dibekali dengan mental pemenang."
Anak-anak
tidak menyerah, mereka terus berlari, menghindari si “jadi”, berlari terus
sampai ke lingkaran yang dikomandokan. Sejatinya,
kita harus menumbuhkan kembali semangat anak kecil di dalam diri kita. Selalu
menginginkan menjadi pemenang dalam setiap tujuan masing-masing kita.
Gigih
dalam tekad itulah jiwa murni anak-anak.
Terima
kasih Tuhan untuk sore yang sejuk, terlebih untuk sapaan halusMu melalui
anak-anak ceria itu. Mereka
mengajarkan semangat juang. Semangat Pemenang dalam Diriku.
-Jurnal
harian srijembarrahayu, 10 Desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar