Kamis, Juni 11, 2015

Mental Pemenang Pada Anak - Anak

Bermain hujan di halaman rumah


Setelah sesiangan mendung gerimis, Hasirah Permai baru disapa sang terang di sore hari. Suasana sejuk segar menggugah semangat anak-anak untuk bermain di depan rumah. Ocik, Io, Odza, Odey, Lila dan Kenju berlari-lari seperti kupu-kupu sore yang lincah. Permainan sore ini adalah permainan kejar-kejaran yang dipandu oleh Mami. Mami, begitu anak-anak memanggilnya adalah seorang ibu yang memiliki perhatian besar terhadap anak.

Baiklah, Begini permainannya: Adalah 9 lingkaran besar dan kecil dibuat di jalanan depan rumah dalam jarak yang tak beraturan. 
 
Mami, sang komandan duduk di kursi putih persis di pinggir jalan. Ia akan memberikan komando yang lantang, 9 teriaknya. Sontak, krucil – krucil akan berlarian ke angka 9. 
Ketika mami berteriak “2”, maka anak-anak manis itu akan berhamburan cepat-cepat ke lingkaran nomor 2. 
 Mereka harus pintar-pintar menghindari anak yang “jadi”. 
 
Oh ya, sebelumnya  4 anak-anak itu telah berhompipa ria untuk menentukan satu orang yang berjaga, atau disebut anak yang “jadi” (Lila dan Kenju tidak termasuk karena masih anak bawang di bawah umur 5 tahun). Tugasnya sang penjaga ini adalah menowel temannya yang berlari ke arah yang dikomandokan agar dia bisa bebas tugas dan menjadi pemain.

Menjadi orang yang ditowel, menjadi orang yang “jadi”, menjadi orang yang berjaga, sepertinya bukanlah pilihan yang diinginkan anak-anak itu.

Biarpun permainannya mengharuskan ada satu penjaga, namun tak ada satupun dari mereka yang sudi menawarkan diri. Mereka semua, anak-anak itu ingin menjadi pemenang, menjadi orang yang dikejar. 
 
Bahkan, ada satu anak yang tak berhasil menowel temannya hingga putaran ketiga menjadi frustasi dan menitikan air mata.

Melihat permainan anak-anak ini, terbersit "sesungguhnya sedari kecil kita, jiwa kita yang murni telah dibekali dengan mental pemenang."
 
Anak-anak tidak menyerah, mereka terus berlari, menghindari si “jadi”, berlari terus sampai ke lingkaran yang dikomandokan. Sejatinya, kita harus menumbuhkan kembali semangat anak kecil di dalam diri kita. Selalu menginginkan menjadi pemenang dalam setiap tujuan masing-masing kita. 
 
Gigih dalam tekad itulah jiwa murni anak-anak.

Terima kasih Tuhan untuk sore yang sejuk, terlebih untuk sapaan halusMu melalui anak-anak ceria itu. Mereka mengajarkan semangat juang. Semangat Pemenang dalam Diriku. 


-Jurnal harian srijembarrahayu, 10 Desember 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar