Senin, November 25, 2019

Katolik Zaman Now Dipanggil Menjadi Pahlawan


Bangsa Indonesia memperingati 10 November sebagai hari Pahlawan. Pada tanggal tersebut, 74 tahun silam, warga Surabaya dengan gagah berani menghalau serangan Belanda dan sekutunya yang hendak merebut kembali nusantara. Pertempuran ini merupakan peperangan terbesar pertama setelah proklamasi kemerdekaan, ribuan nyawa menjadi korban. Kegigihan Arek Suroboyo ternyata menyulut semangat perjuangan di berbagai penjuru tanah air untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia.

Gelar pahlawan kemudian disematkan pada mereka yang terlibat dalam upaya mencapai kemerdekaan. Sebut saja tokoh Katolik nasional yang bergelar pahlawan, antara lain: Ignatius Slamet Rijadi, Agustinus Adisutjipto, Yosafat Soedarso, Mgr. Alb. Soegijapranata, dan lain-lain. Namun, seiring perkembangan zaman, gelar pahlawan tak lagi merujuk pada mereka yang bertempur di medan perang. Dalam KBBI, kata Pahlawan berarti: orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani; hero. Dari pengertian tersebut, sejatinya pahlawan akan hidup dan tumbuh di setiap masa. Pahlawan adalah mereka yang menjadi berkat bagi sesama.


Terpanggilkah kita, umat katolik zaman ini menjadi pahlawan?

Semboyan Mgr. Soegijapranata tentang 100% Katolik 100% Indonesia masih sangat relevan di era milenial kini. Tantangan milenial bukan lagi perkara merebut kemerdekaan, tetapi tentang menjaga keutuhan NKRI. Untuk menghadapinya, sebagai Warga Negara Indonesia yang beriman Katolik, kita diharapkan dapat mengusahakan dan melibatkan diri dalam laku kepahlawanan. Baik pribadi maupun bersama-sama dengan berbagai pihak untuk turut mewujudkan Indonesia damai, berhikmat, dan bermartabat. 

Praktik kepahlawanan di atas tidak perlu dipandang terlalu muluk. Sesuai arahan Keuskupan Agung Jakarta sepanjang Tahun Berhikmat 2019, kita diajak untuk terus mengamalkan gerakan konkret dan praktis sehari-hari sehingga menjadi sebuah habitus baru. Say no to hoax yang dapat memecah belah NKRI, misalnya. Atau dengan menghidupkan sikap pahlawan dalam diri setiap kita: berbuat jujur, bertanggung jawab, berani dan rela berkorban. Sebuah tindakan kecil yang dikerjakan dengan kegigihan pantang mundur layaknya para pahlawan, kiranya dapat menjadi persembahan iman Katolik kita, dimanapun kita berada.


"Semoga Tuhan menguatkan hatimu dalam segala karya dan tutur kata yang baik."
2 Tes 2:16-3:5

Srijembarrahayu untuk Warta Stema #315

Tidak ada komentar:

Posting Komentar