Senin, April 10, 2017

HATI YANG PERCAYA: Sebuah Perjalanan ke Dalam Diri

+srijembarrahayu: Senja di Perairan Raja Ampat


Tidak lebih banyak dari tujuh ribu dua ratus detik berada di perairan terbuka Raja Ampat, bagi saya manusia darat yang tak dapat berenang, rasanya adalah perjalanan panjang yang tak kunjung tiba.

Detik demi detik yang berlalu di lautan membawa saya pada self talk yang ramai walau mulut saya terkunci rapat.  Satu tangan memeluk erat putra kecil saya, satu tangan tak kalah kuatnya memegang tempat duduk di speed boat.

Saya bukan orang religius. Namun berada di lautan memaksa saya untuk tak henti berkomat-kamit mengucap segala doa yang muncul di kepala. Jujur, lautan mengingatkan saya pada kematian. Begitu kecil dan tak berdayanya saya di tempat maha luas itu.

Di saat kematian menjadi hal yang mungkin terjadi, di saat itulah saya menyerahkan hidup sepenuhnya pada Sang Kuasa. Ya, saya serah bongkokan* pada kehendak Gusti. Saya lemah dan tak berdaya.

Mengarungi lautan layaknya mengarungi kehidupan. Entah itu hidup pribadi atau hidup berkeluarga.
Tuhan tak selalu memberi pemandangan indah, air yang tenang dan jernih. Ada kalanya, angin menghembuskan gelombang besar. Membuat jiwamu turut bergejolak.

Ketika ombak terjal datang, aku ingat untuk datang pada Tuhanku. Memohon ampun dan meminta segala hal baik untuk keselamatan hidupku.

Ketika aku mengalami trance dengan pemandangan indah memabukkan, ingatkah aku untuk bersyukur atas pemberian Tuhanku?


Ampun seribu ampun, hapuskan dosa-dosaku. Segunung sesal ini kuunjuk padaMu.

+srijembarrahayu: Retret Pribadi di Perairan Raja Ampat


Bersentuhan dengan riak dan gelombang Lautan Raja Ampat membawa saya pada retret pribadi. Kepala saya bicara terus.

Kalau saya mati hari ini, apakah saya sudah memenuhi panggilan hidup saya?

Bagaimana anak-anak yang Tuhan percayakan pada saya? Bagaimana dengan lelaki matakecil saya?

Bagaimana dengan Ibu, adik-adik  saya, Eyang Uti dan Eyang Kakung? Apakah saya telah cukup membuat mereka bahagia?

Bagaimana dengan mereka yang telah berbuat baik di sepanjang hidup saya? Saya belum sempat membalas budi baik mereka.

Bila saya masih diberi waktu. Mereka adalah alasan keberadaan saya di dunia ini.

*

Apalagi yang dapat dilakukan jika kamu mengetahui speed boatmu bocor di lautan tak bertepi, sementara kamu tak dapat membantu selain doa?

Hanya HATI yang PERCAYA pada Sang Khalik juga pada sang motoris.
Hati yang percaya membawa KETENANGAN. Hati yang percaya membawa HARAPAN.

Tak layak aku tengadah menatap WajahMu. Namun tetap kupercaya Maha Rahim Engkau. 

*

Tujuan. Daratan. Pulang.

Hanya itu yang saya inginkan sesegera mungkin.

Lautan kembali mengingatkan. Kamu harus menikmati setiap perjalananmu.
Kamu harus mengalami semua proses hidupmu.
Manis pahitnya, tenang bergelombangnya, indah bergejolaknya.  
Kamu hanya perlu bersyukur untuk setiap detik berharga dalam hidupmu.

Tuhanku yang pengasih mengirim begitu banyak malaikat tak terlihat untuk setiap peristiwa hidupku.

Bisa berupa burung camar yang menandakan daratan sudah dekat.
Bisa berupa senyum kawan-kawan seperjalanan.
Bisa berupa siluet pegunungan.
Bisa apa saja.

Di seburuk-buruknya situasimu PERCAYAlah selalu ada hal baik yang memberimu harapan. 

Hanya debulah aku di alas kakimu Tuhan.

Srijembarrahayu
Sebuah catatan pada masa prapaskah 2017.


*serah bongkokan, bahasa sunda: menyerahkan diri tanpa syarat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar