Senin, Agustus 23, 2021

Pengalaman Memilih Sekolah untuk Anak

Anak adalah subjek
Libatkan anak dalam memilih sekolah pilihan supaya lesat percaya diri

Mencari sekolah yang tepat untuk anak-anak tentu tak bisa gegabah. Orang tua memang bertanggung jawab mengakomodasi pendidikan anak, tapi berkaca dari keteguhan sulung kami, saya merasa diingatkan “yang akan sekolah kan anak, maka anak berhak terlibat memutuskan sekolah yang diinginkannya”.

 

“Bun, aku yakin dengan pilihan sekolahku. Aku mau melanjutkan SMA di sini.”  Saya tertegun ketika anak lelaki itu kekeh dengan pendiriannya. Bagaimanapun berat bagi seorang ibu meninggalkan anaknya sekolah sendiri di perantauan, meski boleh dibilang ia telah cukup dewasa. Kala itu kami alot memilih SMA untuk si sulung. Saya ingin dia mengikuti kepindahan kami, sekolah di dekat tempat tinggal.

 

Berikut adalah sharing keluarga kami ketika memilih sekolah untuk anak-anak:

 

1.    Anak adalah Subjeknya

Bagi kami memilih sekolah untuk setiap anak pendekatannya beda-beda. Lain sulung lain bungsu. Pilihan sekolah untuk si bungsu yang usia SD relatif mudah sebab masih harus dalam pantauan Ayah Bunda. Sementara bagi sulung yang memasuki jenjang SMA pilihan jadi lebih kompleks. Saya memahami pada usia SMA anak berada di fase krusial dalam proses pencarian jati diri. Sekolah yang dapat memberikan “panggung” bagi minat dan bakatnya, teman-teman yang mendukung dan guru yang mengayomi menjadi  beberapa pertimbangan yang kami highlight.

 

Selain itu karakter anak sangat menentukan pilihan sekolah. Mengenal karakter anak bermanfaat bagi orang tua untuk mempertimbangkan sekolah mana yang paling sesuai bagi tumbuh kembang pribadinya.

 

Sewaktu SD sulung dipilihkan sekolah yang termasuk kategori sekolah favorit terbaik. Satu kelas isinya 44 orang dengan 1 guru pengajar. Sulung biasa saja dalam pendidikan, tidak di atas juga tidak di bawah. Boleh dibilang rata-rata seperti kebanyakan anak lain, baik-baik saja. Padahal di kelas dengan banyak siswa (sepengamatan saya) perhatian guru biasanya tertuju pada yang pintar, bandel, kurang dan atau yang “menonjol” lainnya. Apalagi kala itu sulung cenderung pendiam. Ia luput dari pengawasan guru, minat dan bakatnya kurang terasah.

 

Kenali karakter anak | JurnalSrijembarrahayu
Bangga ketika anak menghidupi mimpinya

Ketika harus pindah sekolah di lain kota, kali ini kami memilih sekolah yang lebih ramah anak. Sekolah yang per kelasnya 20 siswa dengan 1 guru. Di sinilah perkembangan sulung lesat. Kepercayaan diri dan jiwa kepemimpinannya tumbuh. Ia mulai tampil di depan umum dan menemukan passion-nya.

 

So untuk pilihan sekolah, first thing first ya jadikan anak sebagai subjeknya. Kenali karakter masing-masing anak. Orang tua mesti tulus belajar mengenal dan menghormati anak, tak semata mendoktrinkan idealisme pribadi.

 

2.    Objektif Cermati Sekolah yang Diinginkan

Sekolah yang tepat untuk anak kiranya adalah sekolah yang mampu MEMBANTU orang tua mendidik anak, tak hanya dari sisi akademis tapi lebih kepada menumbuhkan karakter diri yang mumpuni. Kenapa membantu dicapslok? Sebab orang tua tetap pendidik kehidupan paling utama bagi anak-anaknya. Untuk itu kami mengupayakan mencari sekolah yang memiliki nilai yang sesuai dengan prinsip keluarga.

 

Kepoin sekolah dari website dan sosmed. Ini menjadi hal pertama yang saya lakukan dalam proses pencarian sekolah anak. Di zaman sekarang sih mudah saja menelusuri kinerja sekolah, bisa melalui website dan sosial media. Rekomendasi dan review dari orang tua atau siswa di sekolah incaran pun dapat menjadi rujukan.

Selanjutnya langsung mengubungi sekolah melalui email, telepon dan atau datang on the spot. Cari tahu seperti apa proses kegiatan belajar mengajarnya? bagaimana penataan kelasnya? Satu kelas berapa orang? Bagaimana kualifikasi para guru? Fasilitas apa saja yang tersedia di lingkungan sekolah? Apa saja pilihan ekstrakurikuler dan program pengembangan siswanya?

Diharapkan dari pertanyaan-pertanyaan di atas kami mendapatkan insight tentang suasana dan materi pembelajarannya yang berfokus pada perkembangan individu anak. Apakah para gurunya betul mengajar dari hati dan menyukai “belajar”. Apakah fasilitas sekolahnya memberi ruang gerak yang aman dan menyenangkan untuk anak.

Pengalaman mencari sekolah untuk anak
contoh email pribadi untuk mengetahui lebih jauh tentang sekolah pilihan

 

Banyak yah yang ditanya. Bukan rewel loh, tapi memastikan yang terbaik untuk anak. Lagi pula hari gini uang sekolah juga udah 7 digit, mihil kalau buat saya mah. Setidaknya pelayanan sekolah kudu cucok lah, sesuai sama budget J

By the way di step ini biasanya sudah terjadi seleksi alam. Sekolah yang tepat biasanya responsif, cepat dan sangat baik menjawab apa yang menjadi kebutuhan siswa.

Sewaktu mencari sekolah untuk anak-anak, pilihannya selalu lebih dari 2. Pertama saya akan searching sekolah melalui internet atau tanya kawan yang kebetulan ada di daerah yang akan kami tinggali. Setelah itu berkirim email atau telepon. Untuk memastikan kenyamanan sekolah biasanya suami yang sudah tiba lebih dulu di kota tujuan akan melihat on the spot dan memberikan poin-poin penting.

 

Mungkin di masa pandemi kali ini virtual open house bisa membantu untuk menemukan sekolah idaman. Kita perlu mengetahui bagaimana sistem pembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan sekolah.

 

3.    Cek Kemampuan Orang Tua

Setelah melibatkan anak, kemudian mengindentifikasi kualitas sekolah, ada yang paling penting yaitu kemampuan orang tua. Dalam hal ini orang tua sebagai penanggungjawab biaya. Jangan sampai karena gengsi orang tua menjadi tidak bijak dalam memilih dan menyekolahkan anak, lalu di kemudian hari terkatung-katung dalam pembiayaan. Kasihan juga anaknya kalau sampai tidak bisa ikut ujian dan sebagainya karena belum membayar kewajiban. 

 

Lelah karena jarak sekolah dengan rumah terlalu jauh
Lelah karena jarak sekolah dengan rumah terlalu jauh

 4.    Jarak Tempat Tinggal dengan Sekolah

Selain ke-3 elemen di atas, kami juga memasukkan jarak tempuh antara tempat tinggal dengan sekolah sebagai pertimbangan penting.

 

Sejak KB hingga SD kelas 3, sulung harus menempuh jarak yang lumayan jauh dari rumah ke sekolah. Bayangkan anak kecil itu dijemput jam 5.30 pagi lalu balik sampai di rumah sudah sekitar jam 4 sore. Ia cukup lelah di perjalanan, suasana hatinya bisa berubah-ubah bikin hilang fokus saat belajar.

 

Berguru dari pengalaman di atas, kali ini kami mencari sekolah yang tidak jauh dari rumah agar anak-anak lebih nyaman dan konsentrasi.

 


 

Itulah 4 hal yang menjadi pertimbangan keluarga Suwanto dalam memilih sekolah yang terbaik untuk anak-anak. Semoga dapat bermanfaat.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar