Jangan Ada "Lidya" Diantara Kita

Foto Dokpri #jurnalsrijembarrahayu

 Ngadepin gunungan setrikaan MbakSri lelah duluan. Syukurlah masih ada episode terakhir #layanganputus yang belom ditontonnya. 

Kezel, haru, gemeszhh. 

MbakSri harus bilang makasih sama Mbak Kinan, Mas Aris juga Lidya yang bisa banget bakar emosi. MbakSri jadi semangat nggosok sambil sesekali ngomyang, kadang juga ngelap sudut mata.

*

Sebab KESETIAAN telah naik daun berseliweran jadi tema-tema penulisan, maka dari layangan putus MbakSri belajar hal lain. 

𝟭. 𝗜𝗻𝘀𝘁𝗶𝗻𝗴 𝗜𝘀𝘁𝗿𝗶, 𝗣𝗲𝗿𝗰𝗮𝘆𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝗞𝗼𝗺𝘂𝗻𝗶𝗸𝗮𝘀𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗣𝗮𝘀𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗦𝗲𝗷𝗮𝗸 𝗙𝗶𝗿𝗮𝘀𝗮𝘁 𝗣𝗲𝗿𝘁𝗮𝗺𝗮 𝗠𝘂𝗻𝗰𝘂𝗹

Rasanya setiap istri dianugerahi Tuhan dengan sebutlah insting. Konon sese-insting ini lahir sebagai buah ketulusan seorang istri. Mbaksri ga ngerti padanan kata yang tepat. 

Intinya sih kalau terjadi hal-hal yang tidak sewajarnya pada pasangan akan muncul semacam alarm di hati. Cuma istri yang ngerti

Namun, seperti juga Kinan walaupun dia udah merasa ada yang aneh dengan sang suami, biasanya beberapa istri akan keep silent sampai dugaan mereka benar terbukti.

Sayangnya ketika sampai di titik ini masalah udah sulit dicegah. Wes jadi bom atom siap meledak. 

That’s why, penting banget kita para istri buat ngasah skill mengkomunikasikan kekhawatiran kita pada pasangan. Sejak dini. Sejak firasat itu muncul. 

Biar setidaknya para istri ada langkah maju duluan, berjaga-jaga, mencegah prahara rumah tangga macam datangnya si Lidya orang ketiga itu.

𝟮. “𝗡𝘂𝗿𝘁𝘂𝗿𝗶𝗻𝗴” 𝗠𝗲𝗺𝘂𝗽𝘂𝗸 𝗛𝗮𝘁𝗶 𝗡𝘂𝗿𝗮𝗻𝗶 k𝘂𝗱𝘂 𝘀𝗲𝗿𝗶𝗻𝗴 𝗱𝗶𝗹𝗮𝗸𝘂𝗸𝗮𝗻, 𝗸𝗮𝗿𝗲𝗻𝗮 𝗸𝗼𝗺𝗶𝘁𝗺𝗲𝗻 𝘀𝗮𝗷𝗮 𝗧𝗜𝗗𝗔𝗞 𝗰𝘂𝗸𝘂𝗽 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗺𝗲𝗺𝗽𝗲𝗿𝘁𝗮𝗵𝗮𝗻𝗸𝗮𝗻 𝗿𝘂𝗺𝗮𝗵 𝘁𝗮𝗻𝗴𝗴𝗮

Apa sih yang kurang dari Aris? 

Dia komit sama pernikahannya, gak mau menceraikan Kinan. Bahkan selalu mencintai Kinan. Aris tanggung jawab berdedikasi nafkahin keluarganya dengan amat baik. Ayah yang penyayang. 

Kurang apa coba?

Kurang ajar sih kayaknya..

Yang kulihat dari Aris, nuraninya seakan pingsan. Hati kecilnya tak mampu lagi kasih hidayah. Pribadi sejenis Aris sama halnya dengan pengecut, pengen main aman tak segan mengorbankan integritas diri. 

Kalau mau jujur sama diri sendiri, emang ada gitu damai sejahtera pas ‘curang’ di belakang pasangan?

Sama diri sendiri saja gak mampu jujur, ya gak usah nyesal kalau lambat laun jiwa murni dalam diri (yang sejatinya) guidance untuk membedakan baik dan buruk pun enggan tinggal.

 

𝟯. 𝗣𝗲𝗸𝗮, 𝗕𝗮𝗴𝗮𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮 K𝗮𝗹𝗮𝘂 S𝗲𝗺𝘂𝗮 𝗶𝘁𝘂 K𝗲𝗻𝗮 𝗸𝗲 K𝗮𝗺𝘂?

Ucapan Kinan sama Lidya mewakili banget isi hati istri yang tersakiti.

Coba baca lagi sini, Lid!

“Kita ini manusia yang lahir dari seorang ibu, yang lahir dari seorang perempuan. Mungkin nanti kamu juga akan melahirkan anak kamu sendiri.

Kamu akan merawat dia dengan cinta, menjaga dia dengan kasih sayang, membesarkan dia dengan doa, 

dan berharap kelak dia akan bertemu seseorang yang merawat, mengayomi 

dan mencintai dia dengan utuh.

Itu yang ibu saya harapkan dari saya. Itu yang saya harapkan ke anak saya.

Kebayang gak gimana perasaan orang tua saya kalau ternyata anaknya tidak yang seperti mereka harapkan?”

...

Gimana?

Kalau saya sih dapat insight itu dari Layangan putus sih. Kamu?

*

#jurnalsrijembarrahayu